Senin, 06 Januari 2020

Tari Tradisional Brebes Jawa Tengah




 Kabupaten Brebes adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang yang mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain, biasanya disebut dengan Bahasa Jawa Brebes. Namun terdapat kenyataan pula bahwa sebagian penduduk Kabupaten Brebes juga bertutur dalam bahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai dengan bahasa Sunda menunjukan bahwa pada masa lalu wilayah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Daerah yang masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Sunda atau biasa disebut dengan Bahasa Sunda Brebes, adalah meliputi Kecamatan Salem, Banjarharjo, dan Bantarkawung, dan sebagian lagi ada di beberapa desa di Kecamatan Losari, Tanjung, Kersana, Ketanggungan dan Larangan.

 Cukup sulit mengidentifikasi kesenian tari khas Brebes, karena memang keberadaan wilayah atau letak geografis Brebes yang ada diperbatasan, antara Sunda dan Banyumasan. Meski demikian, hasil akulturasi dan asimilasi kebudaayan dan kesenian tari yang berada di Jawa Barat seperti burok dan tari topeng dengan sentuhan aroma Brebes, disepakati sebagai kesenian khas Brebes. Semua kesenian tari merupakan hasil refleksi yang dinamis dari kesenian yang masuk ke Brebes. Biasanya terintegral dalam kegiatan adat, apalagi tidak ada kebudayaan yang manunggal.

  • Tari Topeng Brebes


 Tari Topeng Brebes merupakan jenis tari topeng yang berkembang di wilayah Kabupaten Brebes khususnya berkembang di Kecamatan Losari yang terdapat pengaruh dari kebudayaan di wilayah Cirebon Jawa Barat. Tari topeng Brebes menceritakan legenda Joko Bluwo, seorang pemuda petani desa yang berwajah buruk rupa berkeinginan untuk mempersunting putri raja yang cantik jelita bernama Putri Candra Kirana. Dikisahkan, keinginan Joko Bluwo akhirnya dikabulkan sang raja, setelah Joko Bluwo memenuhi syarat yang diajukan Raja. Namun, di tengah pesta pernikahan, seorang raja dari kaum raksasa yang juga berkeinginan menikahi putri Candra Kirana datang dan membuat kekacauan. Dia mengajak bertarung pada Joko Bluwo untuk memperebutkan sang putri. Joko Bluwo akhirnya berhasil mengalahkan raja raksasa dan hidup bahagia bersama putri Candra Kirana.


  • Tari Sinok


 Merupakan salah satu seni tari khas asal Brebes yang diciptakan oleh Suparyanto dari Dewan Kesenian Kabupaten Brebes yang menggambarkan perempuan yang cantik, luwes dan treingginas. Tarian Topeng Sinok, menceritakan tentang perempuan Brebes, yang pada umumnya mereka merupakan adalah wanita pekerja keras. Kecantikan, keluwesan, dan kenggunannya tak mengurangi kecintaan mereka pada alam dan pekerjaannya sebagai petani. Tari yang merupakan paduan bentuk seni Cirebon, Banyumas dan Surakarta tersebut, seolah hendak mengatakan bahwa perempuan daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat ini bukanlah pribadi yang manja, cengeng, dan malas.


  • Tari Reog Banjarharjo



 Tari Reog Banjarharjo adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di wilayah tengah Kabupaten Brebes tepatnya di Kecamatan Banjarharjo yang nyaris punah. Berbeda dengan reog yang selama kita kenal dari Ponorogo, Jawa Timur.

 Dalam pertunjukan Reog Ponorogo ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singa Barong”, raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa. Tapi reog asal Brebes, dimainkan dua orang bertopeng. Reog Banjarharjo dimainkan oleh dua orang, satu orang ditokohkan sebagai orang yang baik, dan satunya berwatak jahat.

 Tokoh yang baik mengenakan topeng pentul, dan yang jahat barongan. Dua lakon ini bertarung ketika pertunjukan berlangsung. Ceriteranya mengisahkan seputar mahluk halus yang menghuni sebuah tempat atau rumah. Manakala rumah itu akan ditempati, pentul datang untuk mengusir mahluk halus (barongan). Keduanya biasanya bertarung lebih dulu, sampai akhirnya dimenangkan pentul.

 Untuk memeriahkan atraksi dua tokoh itu, diiringi musik yang dimainkan tujuh orang satu juru kawi atau sinden. Yaitu, empat orang membawa tetabuhan seperti kendang yang digendong di depan, satu orang memainkan terompet, gong dan satu lagi kecrek. Tetabuhan kendang dipukul dengan tongkat, sambil menari mengikuti irama musik.


  • Kuda Lumping


 Kuda lumping merupakan tari-tarian yang menggunakan alat bantu berupa kuda yang terbuat dari lumping (kulit hewan) atau sejenisnya. Kuda lumping ini, selain yang hanya berupa tari-tarian, ada juga yang dicampur dengan budaya mistis. Di mana pemain kuda lumping, dengan dibantu seorang pawang, akan memiliki kekuatan yang luar biasa. Seperti makan pecahan kaca dan paku, maka padi yang masih ada kulitnya, mengupas kelapa dengan mulut dan atraksi-atraksi lainnya.

 Kuda lumping ini juga diiringi musik tradisional, yang membuat suasan menjadi menyenangkan. Biasanya, atraksi kuda lumping ini juga diikuti dengan barongan, topeng yang berbentuk menyeramkan dengan mulut yang lebar. Di dalamnya ada orang yang bermain barongan, biasanya sambil membuka dan menutup mulutnya yang lebar, istilahnya caplok.

  • Tari Ronggeng Kaligua
T

 Merupakan tradisi yang dilakukan saat ulang tahun PTPN IX Kaligua. Dalam ulang tahun itu, selalu ditampilkan tarian ronggeng. Di mana tarian ronggeng ini, dulunya saat perkebunan Kaligua didirikan, dimaksudkan untuk menghibur para pekerja. Sehingga para pekerja waktu itu, tidak bosan dan malas-malasan dalam bekerja, karena sudah dihibur dengan tarian ronggeng.

0 komentar:

Posting Komentar